JAKARTA — Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menetapkan target ambisius namun terukur: nol kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada tahapan berikutnya. Pernyataan itu disampaikan dalam forum Indonesia Connect Outlook 2026 di Jakarta, Sabtu (6/12/2025).
Dadan tidak menutupi fakta bahwa hingga awal Desember 2025 masih terjadi kasus keracunan di beberapa daerah. “Jumlahnya harus kita tekan terus-menerus hingga mencapai nol kejadian,” ujarnya dengan tegas.
Langkah pertama adalah mengurangi beban operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Jika sebelumnya satu dapur bisa melayani lebih dari 5.000 porsi, kini dibatasi maksimal 3.000 porsi—bahkan 2.500 jika juru masak belum bersertifikat profesional.
Kedua, setiap bahan baku wajib menjalani rapid test sebelum dan sesudah diolah. “Kita ingin tahu bahan bakunya baik atau tidak, dan hasil akhirnya layak dikonsumsi atau tidak,” jelas Dadan.
Ketiga, sterilisasi food tray menjadi keharusan. Setiap dapur MBG kini wajib memiliki alat penguap panas yang mampu mencapai suhu 120 °C selama tiga menit cukup untuk membunuh bakteri yang lolos dari proses pencucian biasa.
Kualitas air juga menjadi perhatian khusus. Dadan mewajibkan penggunaan air bersertifikat, baik kemasan maupun isi ulang, untuk memasak dan mencuci peralatan.
Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang menambahkan, pengurangan kuota penerima tidak boleh menjadi alasan pemecatan relawan. “Relawan adalah tulang punggung program ini,” katanya saat evaluasi di Cilacap, Jumat (5/12).
Romadhon Jasn, aktivis nusantara, menilai langkah-langkah ini sebagai tanda kematangan manajerial yang patut diapresiasi. “Ini bukan lagi janji di atas kertas, melainkan koreksi berbasis data dan pengalaman lapangan. Jika konsisten dilaksanakan, target nol keracunan bukan mimpi,” ujarnya kepada awak media, Minggu (7/12/2025).
Ia menambahkan, keberhasilan MBG akan menjadi bukti bahwa program berskala besar tetap bisa berjalan dengan standar keamanan pangan yang tinggi sebuah harapan baru bagi generasi emas 2045.
Dengan anggaran tahunan yang mencapai puluhan triliun rupiah, MBG kini berada pada titik kritis: dari sekadar “bisa jalan” menuju “jalan dengan aman dan bermartabat”. Langkah Dadan Hindayana menunjukkan arah yang benar, dan publik berhak menagih konsistensi hingga akhir.


















