Detikdjakarta.com _“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Q.S Al-Isra ayat 1._
Isra Miraj merupakan peristiwa penting bagi seluruh umat Islam dunia, khususnya untuk kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) haruslah memaknai peristiwa Isra Miraj sebagai momen sakral untuk berbenah dan perkuat akidah perjuangan.
Isra Miraj merupakan dua perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dalam satu malam, Isra Miraj juga ditandai dengan akhir periode kenabian Rasulullah di Makkah, sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Istilah Isra diambil dari perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan istilah Mi’raj diambil dari perjalanan Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha.
Bagi umat Islam, peristiwa ini adalah bukti kebesaran Allah SWT, dimana Rasulullah diberangkatkan menunggangi buraq dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, setelahnya naik ke Sidratul Muntaha dan menerima perintah Sholat lima waktu sehari semalam.
Dalam perjalanan Rasulullah ini juga memuat banyak cerita bermakna dan memiliki hubungan kausal bagi kita dan juga yang sangat signifikan bagi kepemimpinan saat ini, khususnya di HMI. Dari mulai pembersihan dada Rasulullah dengan air zam-zam sebelum melakukan Isra, sampai dengan masih sudinya Rasulullah untuk kembali ke bumi setelah melakukan Miraj.
*Signifikansi Memaknai Isra Miraj*
Signifikansi memaknai nilai kepemimpinan dari peristiwa pembersihan dada Nabi Muhammad sebelum melakukan Isra, bahwa dari peristiwa tersebut kita dapat pembelajaran dimana kesucian hati dalam menjalankan perintah sangatlah penting, dalam konteks kepemimpinan adalah moral.
Moral seorang pemimpin mencerminkan arah dari organisasi yang dipimpinnya, jadi pemimpin harus memiliki integritas moral (akhlaqul karimah) dalam menjalankan perintah organisasi. Apalagi memimpin HMI, organisasi yang berasaskan Islam, tentu Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi dasar kekuatan moralitas tersebut. Integritas moral seorang pemimpin bisa dilihat dari keberpihakan kepada yang benar (haq), bukan berdiam diri.
Selanjutnya yang harus dimaknai nilai nilai signifikan bagi kepemimpinan ialah ketika Rasulullah masih sudi kembali ke bumi setelah menyaksikan dan merasakan keindahan yang ada di langit saat melakukan Miraj. Walaupun akan ada yang berkata, Rasulullah ditugaskan di bumi, dan pasti akan kembali ke bumi untuk menjalankan perintah Allah SWT.
Apakah tidak terbesit dipikiran bahwa masih sudinya Rasulullah kembali ke bumi karena atas dasar cinta kepada umatnya? Jika saat itu Nabi Muhammad menggunakan ego kerasulannya untuk meminta kepada Allah agar menetap dilangit, bisa saja Allah akan mengabulkannya. Cerita ini yang harus diambil pembelajarannya bagi kepemimpinan di HMI saat ini.
Berada dipuncak kekuasaan harusnya mampu melihat dengan jelas problem-problem yang ada di masyarakat. PB HMI saat ini kebalikan dari itu, pucuk pimpinan tertinggi Ketum PB HMI sepertinya tutup mata, tidak lagi mau melihat kebawah. Jabatannya sudah diangkat setinggi langit tapi enggan turun melihat ke bumi. Tidak ada sikap, diam membisu.
Padahal, kondisi masyarakat dan negara saat ini membutuhkan perhatian dari mahasiswa, khususnya HMI, seperti konflik agraria, perikanan, korupsi yang merugikan keuangan negara, kemiskinan, kesehatan dan yang paling bahaya adalah krisis politik dalam negeri. Penulis dengan sengaja tidak menyebutkan masalah-masalah yang ada secara spesifik, karena saya yakin PB HMI, khususnya Ketum PB HMI lebih memahami masalah-masalah yang ada.
*Penutup*
Peristiwa Isra Miraj memberikan kita banyak pembelajaran, terlebih jika kita meneladani sikap dan perilaku Nabi Muhammad dalam bersosial serta peristiwa-peristiwa yang memberikan pembelajaran bagi kepemimpinan. Sudah saatnya di momentum Isra Miraj ini HMI melalukan konsolidasi untuk kembali perkuat akidah perjuangan.