Detikdjakarta – Jakarta, 5 Februari 2025 – Di tengah krisis iklim global, investasi berdampak atau impact investing semakin mendapat perhatian sebagai solusi keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Berbeda dengan investasi konvensional yang hanya berorientasi pada keuntungan finansial, investasi ini menitikberatkan pada dampak sosial dan lingkungan yang positif.
Topik ini menjadi sorotan dalam diskusi panel *Dialog PERSpektif* bertajuk *”Mau Untung Sekaligus Selamatkan Bumi. Bisakah Impact Investing Jadi Solusi?”* Para pakar menyatakan bahwa investasi berdampak dapat menjembatani kepentingan bisnis berorientasi profit dengan tujuan keberlanjutan.
Ancaman Lingkungan dan Urgensi Investasi Berdampak
Indonesia, yang dahulu dikenal sebagai paru-paru dunia, kehilangan lebih dari 1.000 km² hutan akibat deforestasi pada 2021-2022. Sektor perikanan pun mengalami kerugian besar akibat praktik penangkapan ilegal. Sementara itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara penghasil limbah makanan terbesar kedua di dunia.
Dessi Yuliana, CEO Carbon X, mengungkapkan bahwa kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan dari aktivitas bisnis semakin meningkat, terutama di kalangan generasi muda. “Kini, pasar menuntut perusahaan untuk tidak hanya mencari profit, tetapi juga mengintegrasikan keberlanjutan dalam operasional mereka,” ujarnya.
Petrus Gunarso, pengamat lingkungan dan Business Development Advisor PT Transportasi Gas Indonesia, menambahkan bahwa investasi berdampak diarahkan ke sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, serta perumahan dan kesehatan yang terjangkau.
Pertumbuhan Investasi Berdampak di Indonesia
Menurut data Global Impact Investing Network (GIIN), total aset global yang dikelola melalui investasi berdampak telah mencapai lebih dari USD 1,1 triliun. Di Indonesia, investasi berdampak berhasil menarik dana sebesar USD 1,5 miliar, menjadikannya salah satu pasar paling aktif di Asia Tenggara.
Fikri Syaryadi, CEO Bumandhala Impact Fund, menekankan bahwa investasi ini juga membuka peluang bagi kewirausahaan sosial (*social entrepreneurship*), yang bertujuan mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan melalui model bisnis berkelanjutan.
Namun, tantangan utama dalam pengembangan kewirausahaan sosial adalah keterbatasan pendanaan. Banyak investor masih skeptis terhadap profitabilitas model bisnis ini. Oleh karena itu, investasi berdampak dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan pendanaan tersebut.
Kebijakan dan Harapan Masa Depan
Untuk mendorong investasi berdampak, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan kebijakan keuangan berkelanjutan dan Climate Risk Management & Scenario Analysis 2024. Selain itu, prinsip ESG (*Environmental, Social, and Governance*) juga diadopsi oleh Indonesia Investment Authority untuk memastikan pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Rizky Wisnoentoro, Ketua Program Studi Sustainable Finance Universitas Islam Internasional Indonesia, menyebut investasi berdampak sebagai bentuk “pengorbanan” yang memberikan keuntungan jangka panjang. “Investasi ini memungkinkan perusahaan membangun reputasi dan kepercayaan dari berbagai pemangku kepentingan serta mendukung pencapaian SDG di Indonesia,” jelasnya.
Fikri Syaryadi optimistis bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin impact investing di Asia Tenggara. “Keberlanjutan harus lebih dari sekadar slogan. Dengan semakin banyaknya investasi berdampak, Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam menciptakan ekosistem bisnis yang menguntungkan sekaligus menjaga lingkungan,” pungkasnya.