Detikdjakarta.com Jakarta | 26 Oktober 2025
Tokoh pergerakan dan pemerhati HKBP sekaligus aktivis intoleransi dan radikalisme, Fredi Marbun, kembali melayangkan kritik tajam terhadap Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Viktor Tinambunan. Dalam pernyataannya, Fredi menegaskan bahwa tidak ada satu persen pun kontribusi pribadi Viktor Tinambunan dalam membangun HKBP, namun justru bertindak seolah-olah gereja adalah hasil jerih payah pribadinya.
“Satu persen pun tidak ada uang Viktor Tinambunan dalam membangun HKBP. Semua pembangunan, pelayanan, dan kegiatan gereja bersumber dari jemaat, bukan dari dompet pribadi Ephorus. Gereja ini berdiri atas dasar iman umat, bukan ambisi individu,” tegas Fredi Marbun dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (26/10/2025).
Fredi menyebut bahwa sikap Viktor Tinambunan yang kerap menampilkan diri sebagai figur tunggal dan pusat dari setiap kegiatan gereja bertentangan dengan prinsip dasar HKBP yang menempatkan Kristus sebagai kepala gereja, bukan manusia. Ia menilai gaya kepemimpinan semacam ini berpotensi menciptakan kultus individu dan mengikis nilai kolegialitas yang selama ini menjadi kekuatan utama HKBP.
“Ephorus hanyalah pelayan di antara para pelayan. Jika gereja mulai diarahkan untuk memuja manusia, maka di saat itu juga HKBP kehilangan jati dirinya sebagai lembaga rohani,” ujar Fredi.
Lebih lanjut, Fredi juga menyoroti langkah Ephorus Viktor Tinambunan yang ikut campur dalam urusan penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk penyimpangan dari tugas rohani seorang pemimpin gereja, yang seharusnya berfokus pada pelayanan umat, bukan ikut mengatur atau memprovokasi isu industri dan kebijakan publik.
“Tindakan Ephorus dalam pengurusan penutupan TPL telah menimbulkan kebingungan dan perpecahan di tengah jemaat. Gereja seolah diarahkan untuk berpihak dalam konflik ekonomi dan politik yang seharusnya disikapi dengan netralitas moral. HKBP bukan lembaga advokasi industri, apalagi corong kepentingan tertentu,” ungkap Fredi Marbun.
Sebagai tokoh pergerakan dan aktivis yang menentang intoleransi dan radikalisme, Fredi memperingatkan jemaat agar tidak terjebak dalam pencitraan rohani yang dibungkus dengan kepentingan kekuasaan. Ia menegaskan bahwa kekuasaan di dalam gereja harus dijalankan dengan kerendahan hati dan akuntabilitas, bukan dengan ambisi pribadi.
“Jemaat perlu sadar bahwa segala bentuk pembangunan dan kemajuan gereja adalah hasil kerja bersama, bukan jasa satu orang. Tidak ada pemimpin yang lebih besar dari lembaga yang ia layani,” tegasnya.
Fredi menilai HKBP kini menghadapi tantangan serius dari dalam, ketika otoritas gerejawi dijalankan tanpa transparansi dan akuntabilitas. Ia mengimbau para pelayan, penatua, dan jemaat agar bersatu mengoreksi kepemimpinan yang melenceng dari prinsip pelayanan sejati.
“HKBP tidak membutuhkan penguasa, tetapi pelayan sejati. Jika seorang Ephorus tidak lagi mampu menjadi teladan dan menjaga marwah gereja, maka sudah sepatutnya ia beristirahat dari jabatan itu, demi kebaikan gereja dan umat,” tutup Fredi Marbun dengan nada tegas. (***)
*SURAT TERBUKA UNTUK EPHORUS HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP)
VIKTOR TINAMBUNAN*
Perihal: Seruan Moral dan Teguran Kritis atas Kepemimpinan dan Independensi Gereja HKBP
Dari:
Fredi Marbun
Tokoh Pergerakan dan Pemerhati HKBP
Aktivis Toleransi dan Radikalisme
1. Pendahuluan
Dengan penuh rasa tanggung jawab moral dan kecintaan terhadap gereja HKBP sebagai lembaga rohani dan sosial yang harus berdiri di atas prinsip keadilan, pelayanan, dan kebenaran Kristus, saya, Fredi Marbun, menyampaikan surat terbuka ini kepada Ephorus HKBP Pdt. Dr. Viktor Tinambunan.
Surat ini ditulis bukan sebagai bentuk perlawanan pribadi, melainkan sebagai suara nurani umat yang peduli terhadap arah kepemimpinan HKBP yang seharusnya menjaga netralitas, kemandirian, dan menjauh dari kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu.
2. Keprihatinan dan Poin-Poin Penegasan
Jangan Memperalat HKBP untuk Kepentingan Pribadi atau Kelompok
HKBP adalah milik seluruh jemaat, bukan milik perseorangan, golongan, atau kelompok politik tertentu. Setiap tindakan dan kebijakan yang berpotensi menimbulkan kesan monopoli kekuasaan, penyalahgunaan wewenang, atau konflik kepentingan harus dihentikan segera.
Jangan Menganggap HKBP Sebagai Kepemilikan Pribadi
Posisi Ephorus adalah amanah yang bersifat temporer dan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan serta jemaat. Segala bentuk tindakan yang menunjukkan otoritarianisme, pembungkaman kritik, atau pengabaian aspirasi warga jemaat adalah bentuk penyimpangan dari semangat pelayanan Kristiani.
Hentikan Penghakiman terhadap Pendeta yang Tidak Sejalan
Setiap pendeta dalam HKBP memiliki hak teologis dan kebebasan pastoral selama tetap dalam koridor ajaran HKBP. Menghakimi, memindahkan, atau menyingkirkan pendeta karena perbedaan pandangan merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai kasih dan keadilan gerejawi.
Keterlibatan dalam Urusan PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL) dan Potensi Konflik Kepentingan
Keterlibatan pihak Ephorus dalam relasi atau kegiatan yang berkaitan dengan PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL) menimbulkan kekhawatiran dan dugaan adanya benturan kepentingan yang dapat mencederai independensi serta nama baik HKBP. Gereja seharusnya berdiri netral dan profetik, bukan menjadi bagian atau alat legitimasi bagi kepentingan korporasi yang berpotensi merugikan masyarakat adat maupun lingkungan.
5. Seruan untuk Mengundurkan Diri dengan Hormat
Demi menjaga kehormatan lembaga HKBP, apabila konflik kepentingan dan penyalahgunaan otoritas terus berlanjut tanpa klarifikasi yang terbuka dan akuntabel, maka langkah yang paling terhormat dan bijaksana adalah mengundurkan diri dari jabatan Ephorus.
3. Harapan dan Ajakan
Kami menyerukan agar HKBP dikembalikan kepada fungsinya sebagai gereja yang melayani, bukan dilayani, dan dijauhkan dari segala bentuk penyimpangan kekuasaan. Gereja harus menjadi ruang bagi kebenaran, keadilan, dan kasih bukan arena politik internal atau kepentingan pribadi.
Kami juga mengajak seluruh pelayan dan jemaat HKBP untuk bersatu menjaga kemurnian dan kemandirian gereja dari segala bentuk pengaruh eksternal yang merusak nilai pelayanan Kristiani.
4. Penutup
Surat terbuka ini kami sampaikan sebagai bentuk cinta kasih terhadap HKBP dan tanggung jawab moral sebagai bagian dari umat yang ingin melihat gereja tetap menjadi terang dan garam dunia. Semoga saudara Ephorus membuka hati dan pikiran untuk menerima kritik ini dengan kerendahan hati demi kepentingan bersama dan kemuliaan nama Tuhan.
Hormat kami,
Jakarta, 27 Oktober 2025
FREDI MARBUN
Tokoh Pergerakan dan Pemerhati HKBP
Aktivis Toleransi dan Radikalisme
















