Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Iklan 728x250
BERITA

Palm Oil in the Land of Orangutans: Saat Sawit dan Satwa Liar Bersahabat

Avatar photo
36
×

Palm Oil in the Land of Orangutans: Saat Sawit dan Satwa Liar Bersahabat

Sebarkan artikel ini
Iklan 468x60

Detikdjakarta, Jakarta — Isu tentang kelapa sawit dan lingkungan selama ini kerap dibingkai dengan nada tegang: deforestasi, konflik habitat, dan ancaman bagi satwa liar seperti orangutan. Namun sebuah film dokumenter baru berjudul Palm Oil in the Land of Orangutans mencoba menampilkan sisi lain dari cerita tersebut, bahwa harmoni antara industri sawit dan keanekaragaman hayati ternyata bukan hal mustahil.

Film karya Copenhagen Film Company asal Denmark itu diputar dalam acara diskusi publik yang digelar oleh Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) di kawasan Gatot Subroto, Jakarta (17/10). Acara ini dihadiri berbagai tokoh penting, mulai dari pejabat pemerintah hingga pakar lingkungan.

Iklan 300x600

Ketua Pengurus IPOSS, Nanang Hendarsah, mengatakan film ini hadir untuk membuka wawasan publik di tengah gempuran persepsi negatif terhadap sawit.

“Kita ingin menunjukkan bahwa biodiversitas bisa tetap hidup berdampingan dengan kebun sawit, bahkan saling melengkapi,” ujarnya.

 

Menelusuri Hutan Koridor di Kalimantan Tengah

Baca Juga :  Polsek Sunda Kelapa dan Dermawan Berikan Bantuan Air Bersih Kepada Warga Muara Angke.

Film dokumenter berdurasi hampir satu jam itu menyoroti hasil penelitian panjang selama delapan tahun (2015–2023) yang dilakukan Copenhagen Zoo dan United Plantation di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Dalam proyek tersebut, mereka membangun hutan koridor seluas 318 hektare, jalur hijau yang menghubungkan area perkebunan sawit dengan hutan lindung di sekitar Taman Nasional Tanjung Puting.

Hasilnya mengejutkan banyak pihak: populasi orangutan di wilayah itu tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang biak. Sejumlah induk orangutan bahkan terlihat melahirkan di area sekitar perkebunan. Selain itu, berbagai spesies burung, serangga, dan reptil juga ditemukan hidup normal di sana.

Simon Bruslund, Director of Global Development dari Copenhagen Zoo, menggambarkan hutan koridor itu sebagai “jalan tol” bagi satwa liar.

“Koridor ini memudahkan hewan berpindah dengan aman antara hutan dan kebun sawit. Ini cara sederhana tapi efektif menjaga konektivitas ekosistem,” jelasnya.

 

DalamMembangun Sawit yang Bertanggung Jawab

sesi diskusi, Carl Traeholt, Manager International Project Development Copenhagen Zoo, menegaskan pentingnya tanggung jawab kolektif dalam menjaga keberlanjutan industri sawit.

Baca Juga :  Primkopal Lanal Bandung Gelar Rapat Anggota Tahunan Tahun Buku 2022

“Bukan hanya produsen yang harus peduli. Konsumen, peneliti, dan masyarakat juga harus berperan,” katanya.

Carl juga menyoroti pentingnya penerapan adaptive management, yaitu pendekatan yang terus menyesuaikan strategi pengelolaan berdasarkan kondisi terbaru di lapangan.

“Kalau kita abai terhadap dinamika ekosistem, maka keseimbangannya akan cepat terganggu,” ujarnya.

Sementara itu, pakar kehutanan Petrus Gunarso menambahkan bahwa perhatian terhadap kawasan hutan tidak boleh berhenti pada retorika. Ia menekankan perlunya pembaruan data dan pemantauan berkelanjutan terhadap populasi satwa kunci seperti orangutan dan harimau.

“Data adalah fondasi kebijakan. Tanpa itu, kita hanya menebak-nebak,” katanya.

 

Diplomasi Hijau dan Perspektif Baru

Kegiatan yang turut dihadiri oleh Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Heru Hartanto Subolo, serta Dewan Pengawas IPOSS Darmin Nasution, Sofyan A. Djalil, dan Yuri Octavian Thamrin,  ini dinilai sebagai langkah strategis Indonesia dalam menunjukkan keterbukaan terhadap dialog ilmiah seputar sawit.

Baca Juga :  Nasabah Keluhkan Dugaan Intimidasi Penagih Utang NSS Unaaha, Sebut Ada Ancaman Penarikan Paksa oleh Ormas

Selain menjadi ruang edukasi publik, acara ini juga memperkuat kerja sama diplomasi hijau antara Indonesia dan Denmark melalui dukungan KBRI Kopenhagen dan Copenhagen Zoo.

Film Palm Oil in the Land of Orangutans bukan sekadar dokumenter lingkungan, tapi juga refleksi bahwa keberlanjutan lahir dari kolaborasi dan kesadaran. Ia menegaskan bahwa sawit dan alam tidak harus berada di dua sisi yang berlawanan — keduanya bisa tumbuh berdampingan bila dikelola dengan bijak dan ilmiah.

 

CATATAN REDAKSI

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau
keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.
Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email:
detikdjakartaofficial@gmail.com.
_______________________

Iklan 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!