Jakarta, detikj- Rencana revitalisasi Pasar Baru, Jakarta Pusat, oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung disambut sebagai langkah strategis membangkitkan identitas kota yang kian tertinggal di balik gedung-gedung kaca. Bukan sekadar pembaruan fisik, proyek ini disebut sebagai upaya menghidupkan kembali denyut sejarah kota, sekaligus mengintegrasikan fungsi ekonomi, budaya, dan pariwisata dalam satu ruang kota yang inklusif.
Jaringan Masyarakat Madura Jakarta (JAMMA), yang juga bagian dari relawan Pramono–Doel sejak Pilkada 2024, menyambut positif kebijakan ini. Ketua Umum JAMMA, Edi Homaidi, menilai revitalisasi Pasar Baru bukan hanya soal infrastruktur, tetapi tentang visi kota yang memuliakan masa lalu sambil bergerak ke masa depan.
“Pasar Baru adalah saksi zaman. Menghidupkannya kembali berarti menghidupkan nadi kota Jakarta yang otentik dan membumi. Ini langkah penting untuk menjadikan Jakarta kota global yang tak melupakan akar budayanya,” ujar Edi dalam pernyataannya, Jumat (20/6).
Proyek revitalisasi yang digagas ini akan melibatkan pelaku UMKM, seniman, komunitas pecinan, hingga pengrajin tradisional. Gubernur Pramono sendiri menyatakan ingin menjadikan kawasan tersebut sebagai “simbol baru Jakarta”, sekaligus ruang yang modern, tertib, bersih, namun tetap akrab bagi pedagang kecil dan pejalan kaki.
JAMMA menyebut pendekatan Pemprov DKI sebagai contoh model pembangunan kota berbasis sejarah dan pemberdayaan komunitas. Dengan mengedepankan keseimbangan antara nilai ekonomi dan warisan budaya, kebijakan ini diyakini dapat menghidupkan sektor riil, menarik wisatawan, sekaligus memperkuat identitas warga kota.
Revitalisasi Pasar Baru juga akan terkoneksi dengan penguatan akses transportasi publik. Hal ini sejalan dengan program integrasi TransJakarta, LRT, dan jalur pedestrian yang tengah dikembangkan. “Ini bukan proyek mercusuar. Ini proyek yang berpijak. Ketika pasar rakyat menjadi ikon kota, itulah modernitas yang punya nurani,” tambah Edi.
Sebagai organisasi yang dekat dengan pelaku UMKM dan pekerja sektor informal, JAMMA siap mendampingi proses transisi selama revitalisasi dilakukan. Edukasi digital bagi pedagang, pelatihan layanan wisata, serta penguatan koperasi lokal akan menjadi bagian penting dari dukungan JAMMA.
Pramono Anung, yang sejak awal kepemimpinannya menekankan pentingnya kota yang ramah dan hidup, dinilai berhasil mengangkat kembali narasi ruang publik sebagai milik bersama. Bagi JAMMA, kebijakan ini membuktikan bahwa pembangunan tidak harus menghapus sejarah, justru harus dimulai dari titik-titik yang menyimpan makna kolektif warga kota.
“Pasar Baru bukan sekadar tempat belanja, tapi tempat berjumpa dengan Jakarta yang sesungguhnya,” tutup Edi.