Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 2025 728x250
OPINI

Menuju Rakernas dan Kemah Kaderisasi BMPAN 2025

744
×

Menuju Rakernas dan Kemah Kaderisasi BMPAN 2025

Sebarkan artikel ini
Iklan 468x60

Penulis : Munir Sara, M.A.P (Wakil Ketua Umum DPP BMPAN)

Dalam kerangka pemikiran politik modern, tidak ada yang lebih krusial daripada bagaimana suatu generasi membentuk dan mereproduksi pemimpinnya. Max Weber, dalam bukunya Politics as a Vocation (1919), menyatakan bahwa “politik adalah panggilan yang membutuhkan etika tanggung jawab dan etika keyakinan.” (institusi politik yang stabil membutuhkan tiga elemen: kapasitas negara, supremasi hukum, dan akuntabilitas demokratis). Dalam konteks BMPAN, kegiatan kaderisasi bukan hanya memperkuat organisasi, tetapi juga membangun kapasitas kader untuk memahami struktur dan dinamika kekuasaan, dengan basis etika dan kepekaan sosial.

Iklan 300x600

**

BMPAN dalam Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) telahmerumuskan tiga pilar strategis sebagai poros gerakan: kaderisasi yang berkelanjutan, aksi sosial dan advokasi rakyat, serta pendidikan politik yang mencerdaskan.

Ketiganya merupakan metode sekaligus tujuan. Ini bukan hanya slogan normatif, tapi semacampedagogi praksis” ala Paulo Freire yang menyebut pendidikan sebagai proses pembebasan(Freire, Pedagogy of the Oppressed, 1970).

BMPAN menolak gagasan kepemimpinan instan. Dalam tradisigerakan sosial, pemimpin adalah produk dari kesadaran, disiplin, dan pengabdian. Dalam hal ini, teori Antonio Gramsci tentang organic intellectuals (Gramsci, Prison Notebooks, 1935) menjadi relevan.

Baca Juga :  Sebagai Penyelenggara Ibadah Umroh PT BCS Beri Pelayanan Terbaik

Gramsci menyebut pemuda intelektual organik sebagai mereka yang muncul dari denyut kehidupan rakyat dan memahamiaspirasi rakyat, bukan dari menara gading elite. BMPAN melaluiperkemahan kaderisasi menciptakan ruang ini: untuk mendidik pemimpin masa depan yang lahir dari tanah rakyat dan memiliki keberanian untuk berpikir dan bertindak.

Dalam atmosfer politik yang seringkali elitis dan eksklusif, BMPAN membawa kader-kadernya kembali ke akar: kampung, jalanan, dan ruang-ruang sunyi penderitaan rakyat. Aksi sosial bukanlah charity, tapi advokasi; bukan donasi, tapi transformasi.

Hannah Arendt dalam The Human Condition (1958) menyebuttindakan (action) sebagai wujud eksistensi politik tertinggi manusia. Maka aksi BMPAN di pelosok Sentul-Bogor adalah bentuk eksistensi politik paling otentik yang dimiliki anak muda: hadir, mendengar, dan bergerak bersama rakyat.

Di tengah degradasi diskursus publik, pendidikan politik menjadi benteng terakhir. Politik yang cerdas tidak tumbuh di ruang gelap transaksionalisme. BMPAN menghadirkan ruang-ruang diskusi, pelatihan, dan forum dialogis.

Baca Juga :  MENUNGGU WAKTU, SANKSI FIFA ATAS KERUSUHAN KANJURUHAN

Ini adalah langkah menuju civic literacy atau kecerdasan kewargaan. John Dewey dalam Democracy and Education(1916) mengatakan, “Pendidikan adalah proses demokratisasidiri.” BMPAN menghidupkan proses ini dalam skala mikrodimulai dari kader.

BMPAN dan Masa Depan Gerakan Politik di Indonesia

Keberadaan BMPAN sejak 1998 menjadi pengecualian dari siklusmuncul dan hilangorganisasi otonom di banyak partaipolitik Indonesia. BMPAN membuktikan bahwa konsistensinilai dan kedisiplinan kaderisasi mampu melahirkan organisasiyang berumur panjang dan adaptif.

Dalam masyarakat yang makin pragmatis dan apatis terhadap politik, gerakan seperti BMPAN menjadi oase. Sebab ia tidak lahir dari ruang steril, melainkan dari keringat dan kerja lapangan.

Rakernas dan Jambore BMPAN 2025 bukan hanya agenda internal. Ini adalah momen refleksi politik nasional, bahwa masa depan bangsa dibentuk oleh organisasi yang menempatkan nilaidi atas kekuasaan, dan proses di atas hasil instan. Dalam spektrum yang lebih luas, kegiatan ini adalah contoh bagaimana pemimpin masa depan harus diproduksi secara sadar, sistematis, dan berorientasi pada rakyat.

Baca Juga :  7 Alasan Pentingnya Prabowo Tidak Melakukan Pergantian Kapolri

Sebagaimana disebutkan oleh Cornel West dalam Democracy Matters (2004): “Demokrasi hanya mungkin jika generasi mudamemiliki keberanian untuk berpikir secara radikal dan bertindaksecara moral.” Rakernas dan Perkemahan Kaderisasi BMPAN bukan sekadar agenda tahunan, melainkan laboratorium pembentukan karakter politik Indonesia ke depan.

BMPAN hadir sebagai ruang kawah candradimuka, tempat di mana politik kembali diletakkan pada tempatnya: bukan alat transaksi, tapi alat emansipasi. Pemimpin tidak lahir karena trah, tapi karena jejak langkahnya di tengah rakyat. Dan di Sentul, jejak itu akan dicetak kembali.

CATATAN REDAKSI

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau
keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.
Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email:
detikdjakartaofficial@gmail.com.
_______________________

Iklan 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

OPINI

Menjawab Sentimen Negatif: Apa yang Bisa Dilakukan Polri…

error: Content is protected !!