Jakarta, detikj – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berada di tengah sorotan tajam akibat dugaan korupsi Rp431 miliar di anak perusahaan seperti PT Infomedia dan PT Telkominfra, yang kini diselidiki Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dan KPK. Meski demikian, kinerja perusahaan tetap solid, mencatat pendapatan konsolidasi Rp36,6 triliun dan laba bersih Rp5,8 triliun pada kuartal I 2025. Direktur Utama Ririek Adriansyah menegaskan, “Infrastruktur digital dan inovasi adalah pilar pertumbuhan kami.”
Sejak menjabat pada Mei 2019, Ririek telah memimpin transformasi digital Telkom, menghubungkan 5.000 desa terpencil melalui investasi infrastruktur Rp5 triliun. Dengan market share 45,2%, Telkom unggul atas Indosat (28,1%) dan XL (18,3%), mencatat pertumbuhan pendapatan 8,5% di Q1 2025. Namun, kasus hukum mencoreng prestasi ini, memicu tekanan publik terhadap kepemimpinannya.
Romadhon Jasn, Direktur Gagas Nusantara, menyerukan dukungan publik untuk Telkom. “Ririek perlu ruang untuk memperbaiki tata kelola dan mendorong inovasi, bukan terhambat sentimen negatif,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/5). Ia menekankan peran Telkom sebagai aset strategis nasional.
Kurnia Ramadhana dari Indonesia Corruption Watch (ICW) mengkritik lemahnya kontrol internal Telkom. “Kasus Rp431 miliar baru terdeteksi setelah jadi perkara hukum, menunjukkan celah besar dalam governance,” katanya. ICW menuntut reformasi menyeluruh untuk mencegah pengulangan kasus.
Romadhon membela respons proaktif Telkom. “Audit internal dan pelaporan sukarela ke aparat hukum mencerminkan komitmen transparansi yang patut diapresiasi,” tegasnya. Ia mendorong Telkom memperkuat pengawasan untuk memulihkan kepercayaan publik.
Persaingan ketat di industri telekomunikasi menambah tantangan. Ahmad Mikail, analis PT Mandiri Sekuritas, memperingatkan, “Kasus hukum berpotensi menekan rating kredit Telkom dan akses pembiayaan.” Harga data seluler yang termurah di dunia memaksa Telkom melakukan efisiensi biaya agar tetap kompetitif.
Romadhon memuji ketahanan Telkom. “Langkah efisiensi dan inovasi menunjukkan Telkom serius menghadapi dinamika industri. Dukungan konstruktif dari publik sangat dibutuhkan,” katanya, menyerukan kolaborasi demi kemajuan digital Indonesia.
Dr. Taufik Hidayat, pakar governance UGM, menilai langkah Telkom mendukung proses hukum sebagai langkah positif. “Namun, audit harus menghasilkan perubahan struktural, bukan formalitas,” ujarnya. Telkom terus berinvestasi dalam fiber optic dan satelit, memperluas konektivitas ke ribuan desa.
“Reformasi tata kelola dan transparansi adalah harga mati untuk memulihkan kepercayaan publik. Telkom harus memimpin perubahan, bukan sekadar bertahan di tengah badai. Bahwa dukungan masyarakat menjadi kunci untuk perbaikan berkelanjutan,” tegas Romadhon.
Telkom adalah aset bangsa yang tak ternilai, dan masa depannya bergantung pada kolaborasi semua pihak. Mari kita jaga Telkom dengan mendukung reformasi, mengawal proses hukum, dan bersama-sama wujudkan visi digital Indonesia yang kuat dan merata. Di balik tantangan, ada peluang besar untuk bangkit lebih tangguh.