Jakarta ,– Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, menegaskan bahwa kebijakan impor gula yang dilakukan pemerintah merupakan langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga dalam negeri. Pemerintah memutuskan untuk mengimpor 200 ribu ton gula mentah (raw sugar) pada tahun 2025 guna memperkuat cadangan pangan nasional dan mengantisipasi lonjakan harga menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa impor ini bukan dilakukan karena produksi dalam negeri tidak mencukupi, melainkan sebagai langkah antisipasi untuk menjaga stok pemerintah. Saat ini, harga gula mengalami kenaikan dengan kontribusi inflasi sebesar 1,4 persen, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
“Kita harus memastikan stok tetap aman, sama seperti yang kita lakukan dengan beras sebelumnya. Dengan adanya tambahan cadangan, kita bisa mengontrol harga dan menghindari lonjakan harga di pasaran,” ujar Arief dalam pertemuan di Kemenko Pangan, Rabu (12/1/2025).
Namun, Romadhon menegaskan bahwa meskipun impor diperlukan dalam jangka pendek, Gagas Nusantara menekankan pentingnya penguatan produksi dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi secara bertahap.
“Kami mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga keseimbangan stok dan harga gula nasional, tetapi langkah ini harus diiringi dengan upaya serius dalam peningkatan produksi dalam negeri. Swasembada dalam empat tahun ke depan harus menjadi prioritas utama,” ujar Romadhon, Jumat (14/2/2025).
Menurutnya, pemerintah harus memastikan bahwa impor dilakukan tanpa merugikan petani tebu lokal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kepala Bapanas yang menekankan bahwa panen tebu akan dimulai pada April, sehingga impor raw sugar harus disesuaikan dengan masa giling agar tidak berdampak negatif pada harga jual petani.
Saat ini, kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 230 ribu hingga 300 ribu ton per bulan. Tahun lalu, pemerintah mengimpor sekitar 700 ribu ton gula konsumsi, sementara produksi dalam negeri mencapai 2,5 juta ton dari tebu petani lokal.
Arief memastikan bahwa impor gula tahun ini akan dilakukan secara bertahap agar tidak menyebabkan lonjakan pasokan yang berpotensi menekan harga petani. Gagas Nusantara menekankan bahwa kebijakan impor harus dibarengi dengan strategi jangka panjang untuk ketahanan pangan nasional.
“Impor ini memang diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan. Namun, lebih dari itu, kami juga mendesak pemerintah untuk memastikan swasembada gula dapat dicapai dalam empat tahun ke depan. Dengan investasi yang tepat di sektor pertanian dan kebijakan yang berpihak kepada petani, Indonesia seharusnya mampu memenuhi kebutuhan gula nasional tanpa harus terus bergantung pada impor,” tutup Romadhon.
Dengan demikian, Gagas Nusantara mendukung langkah pemerintah dalam pengelolaan stok pangan, namun juga mengingatkan bahwa swasembada gula harus menjadi tujuan utama agar Indonesia tidak terus-menerus menghadapi situasi serupa di tahun-tahun mendatang.