Jakarta, detikj – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga), Wihaji, menegaskan peran sentral Jawa Barat dalam menurunkan prevalensi stunting nasional. “Jawa Barat dengan 50 juta penduduknya adalah kunci pencapaian target stunting 14 persen pada 2029,” ujar Wihaji usai meninjau progres di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Selasa (17/6).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, Provinsi Jawa Barat berhasil menurunkan angka stunting dari 21,7 persen (2023) menjadi 15,9 persen pada 2024, terendah di Pulau Jawa dan jauh di bawah rata‑rata nasional 19,8 persen. Capaian ini menjadi kontributor terbesar dalam penurunan angka stunting nasional.
“Keberhasilan Jabar membuktikan strategi konvergensi lintas sektor berjalan efektif,” puji Romadhon Jasn, Direktur Gagas Nusantara. “Percepatan ini bukan kebetulan, melainkan buah kolaborasi pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta,” katanya di Jakarta, Rabu (18/6)
Dalam kunjungan kerja, Wihaji meluncurkan Gerakan Sehati—support program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting)—bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1). Melalui Gerakan Sehati, 200 keluarga berisiko stunting (KRS) di area perkebunan akan mendapat pendampingan nutrisi, edukasi kesehatan, dan pemantauan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan.
Sasaran utama Gerakan Sehati adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita (0–24 bulan). Data Kemenkes menunjukkan 80 persen kasus stunting terdeteksi pada 1.000 hari pertama kehidupan. “Intervensi tepat waktu akan mencegah stunting permanen,” tambah Wihaji.
Kontribusi Jawa Barat rasional: dari total 971.792 balita stunting di Indonesia, Provinsi ini memberikan penurunan absolut terbesar—sekitar 282.000 kasus sejak 2023. Efeknya, angka nasional turun dari 24,4 persen (2021) ke 19,8 persen (2024).
“Gerakan Sehati bukan sekadar program, melainkan gerakan budaya peduli keluarga,” tegas Romadhon. Ia mendorong perluasan kolaborasi serupa di provinsi lain, khususnya Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur, yang masih mencatat prevalensi di atas 30 persen.
Lebih lanjut, Mendukbangga mengumumkan rencana integrasi data Keluarga Sehat (KS) dan Sistem Informasi Satu Data Stunting untuk memantau progres setiap keluarga secara digital. Aplikasi ini akan melayani 10.000 desa di 27 kabupaten/kota Jawa Barat pada semester II 2025.
“Digitalisasi data mempermudah intervensi dan evaluasi,” kata Romadhon. Ia menekankan pentingnya pelibatan kader posyandu dan tenaga kesehatan lapangan agar teknologi tak berhenti di meja pemerintahan.
Menutup kunjungan, Wihaji menitipkan pesan: sinergi pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan masyarakat sipil harus dipertahankan. Dengan Gerakan Sehati sebagai model, Indonesia diharapkan meraih target stunting 14 persen lebih cepat, bahkan sebelum 2029.
“Momentum Jawa Barat adalah bukti bahwa komitmen tinggi dan kolaborasi nyata bisa mengubah nasib generasi penerus. Mari kita replikasi sukses ini di seluruh Nusantara,” pungkas Wihaji.