Jakarta (detikj) – Perum Bulog mencetak rekor stok beras 3,7 juta ton per Mei 2025, tertinggi dalam 58 tahun, menegaskan keberhasilan kebijakan pangan di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Direktur Utama Novi Helmy Prasetya. Direktur Gagas Nusantara Romadhon Jasn memuji serapan 2 juta ton beras lokal sebagai langkah menuju swasembada pangan. Namun, tantangan gudang penuh, iklim tak menentu, dan tata kelola menuntut solusi cepat.
Kapasitas gudang Bulog hanya 1,8 juta ton, memaksa penyewaan 1,15 juta ton ruang tambahan. Tanpa ekspansi, beras senilai Rp37 triliun berisiko rusak. Sistem first-in, first-out juga diusulkan untuk rotasi stok yang efisien, mengatasi keterbatasan 25.000 gudang darurat. “Pemerintah harus bangun gudang permanen dengan teknologi pengendalian suhu,” ujar Romadhon, Rabu (14/5/2025).
Selain kendala gudang, ancaman iklim mengintai produksi 2026. Banjir merendam 9.368,5 hektar sawah di Jawa Tengah, dan kekeringan pasca-El Niño berisiko menurunkan panen, meski 2025 surplus 32,8 juta ton. Pemetaan musim tanam bersama BMKG diperlukan untuk hindari defisit impor. “Varietas tahan iklim dan cadangan darurat 200.000 ton harus diprioritaskan,” tegas Romadhon.
Tata kelola Bulog kerap disorot akibat skandal seperti Buloggate. Dugaan markup impor 2024, meski tak terbukti, melemahkan kepercayaan. Digitalisasi via Warehouse Management System dan audit ISO 37001 anti-suap jadi solusi. “Transparansi menjaga stok besar dari korupsi dan menekankan pentingnya sistem yang bersih,” terangnya.
Tantangan distribusi juga krusial. Bantuan Pangan Beras, menyalurkan 210.000 ton per bulan, sering tersendat di daerah terpencil. “Bulog harus perkuat logistik dan gandeng TNI, seperti bansos Papua 2024,” katanya. Pengawasan ketat diusulkan agar bantuan tepat sasaran, mencegah gejolak di tengah inflasi pangan.
Fluktuasi permintaan, seperti lonjakan Ramadan, memicu bullwhip effect di rantai pasok. Software prediksi, seperti diuji Kementan 2024, dan koordinasi dengan Gapoktan untuk serapan 3 juta ton 2025 diperlukan. “Diversifikasi ke jagung 150.000 ton kurangi ketergantungan beras,” pungkas Romadhon, mendorong strategi fleksibel.
Ekspor beras 200.000-500.000 ton ke ASEAN berpotensi, tetapi harga global dan standar kualitas jadi kendala. Investasi pascapanen dan sertifikasi internasional krusial. Safety stock 2,66 juta ton harus dijaga untuk kebutuhan domestik, hindari jebakan impor.
Kebijakan Prabowo, seperti harga gabah Rp6.500/kg, mendorong serapan 2 juta ton. Pupuk bersubsidi dan rencana Bulog otonom menunjukkan visi swasembada 2027. Gagas Nusantara menilai Bulog punya modal kuat, asal antisipasi krisis dipercepat.
Stok 3,7 juta ton adalah peluang sekaligus risiko. Gudang modern, ketahanan iklim, dan tata kelola bersih jadi fondasi. “Rekor ini harus jadi momentum, bukan beban,” ujar Romadhon. Gagas Nusantara mendorong Bulog perkuat logistik dan sinergi dengan petani.
Dengan solusi terpadu, Bulog dapat menjadikan Indonesia lumbung pangan global. “Pemerintah dan Bulog harus segera wujudkan langkah ini, kita optimistis stok besar kokohkan ketahanan pangan nasional,” tutupnya.