Jakarta (detikj) – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memfasilitasi pertemuan antara Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6/2025), di Gedung Pancasila, Jakarta. Selain ketiga tokoh tersebut, sejumlah pejabat tinggi negara seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Keuangan, dan Ketua MPR turut hadir menguatkan nuansa kebersamaan antar-elit politik.
Suasana pertemuan tersebut berlangsung hangat, dengan Prabowo dan Megawati duduk berdampingan, sementara Gibran dan Try Sutrisno berdiskusi dengan santai tentang tantangan pembangunan daerah. Rakyat menyambut baik momen ini di media sosial; tercatat lebih dari 15.000 cuitan #HariPancasila memuji inisiatif dialog antar-generasi. Meski demikian, muncul kritik minor soal biaya acara dan potensi motif politik, namun sentimen positif mendominasi.
Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, menilai langkah Prabowo sebagai tindak lanjut visi persatuan yang tertuang dalam Pancasila. “Presiden menunjukkan keberanian memfasilitasi dialog tanpa protokoler kaku, menjadikan Megawati, Gibran, dan Try Sutrisno sebagai simbol kekuatan lintas generasi. Ini bukan sekadar seremoni, tetapi potensi kebijakan terintegrasi untuk rakyat,” katanya, kepada media, Rabu (4/5/2025)
Pertemuan ini tidak hanya soal gaya, tetapi juga menyentuh topik strategis seperti integrasi kebijakan pusat-daerah, percepatan digitalisasi layanan publik, dan percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah terdepan. Try Sutrisno, yang selama ini dikenal sebagai pengamat militer, menyoroti perlunya peningkatan sinergi antara aparat keamanan dan pembangunan sosial di daerah rawan konflik. Gibran menambahkan capaian digitalisasi Smart City Solo sebagai contoh yang bisa direplikasi di provinsi lain.
Romadhon Jasn mengingatkan bahwa hasil dialog elit politik harus berdampak pada kebijakan nyata. “Rakyat menanti kejelasan. Jangan biarkan keakraban elit berhenti di foto bersama. Harus ada tindak lanjut, misalnya penyusunan roadmap digitalisasi yang melibatkan akademisi, pelaku UMKM, dan komunitas lokal,” tegasnya.
Dalam konteks Hari Lahir Pancasila, pertemuan ini diharapkan menjadi titik tolak implementasi nilai-nilai keadilan sosial dan gotong royong. Publik mengapresiasi upaya rekonsiliasi politik, tetapi juga mendesak transparansi anggaran. Beberapa cuitan menyoroti bahwa forum-forum serupa perlu diadakan secara rutin agar aspirasi terakomodasi di tingkat bawah.
Romadhon Jasn menambahkan bahwa Gagas Nusantara siap berkolaborasi dengan Kementerian Kominfo dan Kementerian Desa untuk menyelenggarakan forum publik di daerah. “Dengan begitu, pesan dari Gedung Pancasila bisa sampai ke akar rumput. Diskusi dialihkan ke desa-desa melalui platform daring dan tatap muka. Ini penting agar kebijakan tidak hanya berpusat di Jakarta,” tuturnya.
Lebih jauh, romadhon menilai bahwa kehadiran Try Sutrisno dan pejabat tinggi negara lain mengindikasikan keseriusan pemerintah menerjemahkan Pancasila ke dalam program-program pembangunan. Isu-isu prioritas seperti ketahanan pangan, energi terbarukan, dan revitalisasi pelabuhan perikanan diharapkan mendapat arahan khusus setelah pertemuan ini.
Romadhon mengakhiri dengan harapan bahwa momentum ini tidak berhenti sebagai wacana. “Rakyat menyaksikan, elit dialog, kini saatnya eksekusi kebijakan yang berpihak. Jika nilai Pancasila benar-benar dijalankan, kepercayaan publik akan tumbuh dan Indonesia akan kian kokoh,” pungkasnya.