Jakarta — Pertemuan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka dengan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad memantik perbincangan hangat di media sosial. Meski dilakukan dalam suasana santai, momen itu langsung memicu beragam tafsir dari publik.
Sebagian netizen mengkritisi pertemuan tersebut dengan dugaan agenda politik tertentu. Mereka menilai, komunikasi elite di ruang publik kerap mengandung pesan simbolik yang memerlukan penjelasan resmi agar tidak memunculkan spekulasi liar.
Namun, ada pula pandangan yang melihat pertemuan ini sebagai hal positif. Mereka menganggapnya bagian dari dinamika politik yang sehat, di mana pemimpin lintas posisi dan partai tetap membuka jalur komunikasi untuk merawat kohesi nasional.
“Kalau kita mau jujur, pertemuan seperti ini justru menunjukkan kedewasaan politik. Bang Dasco punya rekam jejak sebagai figur yang mampu meredam ketegangan politik dan menjembatani pihak-pihak yang berbeda pandangan,” ujar Romadhon Jasn, Aktivis Nusantara, Rabu (13/8/2025) di Jakarta.
Bagi sebagian pengamat, pertemuan informal antar-elite politik justru menjadi penanda kedewasaan berdemokrasi. Dialog tanpa sekat formal memungkinkan pertukaran gagasan yang lebih cair dan memperkuat kerja sama di tengah tantangan kebangsaan.
Meski demikian, perdebatan di media sosial menunjukkan bahwa publik masih memandang setiap interaksi elite melalui lensa politik praktis. Literasi politik yang lebih matang dibutuhkan agar masyarakat dapat membedakan mana agenda pribadi dan mana langkah strategis demi kepentingan bersama.
“Kita perlu menggeser cara pandang publik. Jangan melihat ini semata-mata sebagai manuver politik, tapi sebagai upaya menguatkan fondasi persatuan menjelang pemerintahan baru,” tambah Romadhon.
Dalam konteks ini, momentum Gibran–Dasco bisa dilihat sebagai penegasan pentingnya persatuan di atas perbedaan. Apalagi, transisi pemerintahan selalu membutuhkan jembatan komunikasi yang efektif agar kebijakan dan agenda pembangunan berjalan mulus.
Pertemuan tersebut juga memperlihatkan bahwa komunikasi lintas jalur politik tidak hanya berfungsi menyelesaikan potensi gesekan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi untuk program-program besar yang berdampak langsung pada rakyat.
“Pertemuan Gibran dan Dasco harus kita baca sebagai simbol kekuatan persatuan bangsa. Dasco adalah tokoh pemersatu yang mampu menjembatani kepentingan lintas pihak. Publik sebaiknya melihat ini dari sisi kebangsaan, bukan sekadar politik praktis, karena persatuan adalah modal terbesar Indonesia untuk maju,” tegas Romadhon Jasn.