Detikj,- Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, memberikan apresiasi terhadap langkah progresif PT PLN (Persero) dalam mendorong kesetaraan gender, terutama melalui peningkatan peran perempuan di posisi strategis. Menurutnya, komitmen PLN menunjukkan bahwa perusahaan BUMN tidak hanya fokus pada profit, tetapi juga pada transformasi sosial yang berdampak luas.
“Langkah PLN sangat visioner. Ketika perempuan diberi ruang yang adil dan setara, maka akan lahir kepemimpinan yang lebih beragam, inovatif, dan berempati. Ini bukan soal kuota, tapi soal kualitas manusia,” ujar Romadhon dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/5).
PLN baru-baru ini menegaskan bahwa perempuan memegang peran penting dalam struktur manajerial mereka. Melalui program Srikandi PLN, perusahaan tidak hanya memberikan pelatihan dan mentoring, tetapi juga membangun lingkungan kerja yang inklusif—dengan menyediakan ruang laktasi, pusat layanan anak, hingga kanal pelaporan yang ramah perempuan.
Romadhon menyebut, inisiatif seperti ini adalah representasi konkret dari nilai-nilai keberagaman dan inklusi yang selama ini digaungkan dalam banyak forum kebijakan, namun belum semua institusi mampu menerapkannya secara sistemik.
“Indonesia sering bangga menyebut diri negara yang menjunjung kesetaraan. Tapi implementasinya sering belum konsisten. PLN, dengan segala kekuatan korporasinya, justru berhasil menunjukkan bahwa transformasi budaya kerja bisa dimulai dari komitmen yang tulus dan kebijakan yang terukur,” kata dia.
Gagas Nusantara sendiri selama ini aktif dalam advokasi sosial dan kebijakan publik berbasis inklusi. Romadhon menilai, apa yang dilakukan PLN selaras dengan semangat reformasi struktural dalam dunia kerja Indonesia yang lebih adaptif terhadap realitas sosial dan keberagaman gender.
Dalam acara Gender Summit: Sustainability & Equality yang diadakan PLN beberapa waktu lalu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan bahwa sekitar 20 persen posisi eksekutif di perusahaan kini diisi oleh perempuan. Angka ini meningkat signifikan dibanding beberapa tahun lalu, yang masih berada di bawah 10 persen. “Ini adalah bukti bahwa meritokrasi bisa tumbuh dalam semangat kesetaraan,” ujar Darmawan kala itu.
Romadhon menambahkan bahwa peningkatan keterwakilan perempuan bukan hanya soal statistik, tapi tentang hadirnya perspektif baru dalam pengambilan keputusan—yang lebih sensitif terhadap kebutuhan masyarakat luas.
“Dalam banyak studi global, perusahaan yang memiliki kepemimpinan inklusif terbukti lebih adaptif dan resilien dalam menghadapi perubahan. Saya yakin, langkah PLN ini bukan hanya strategi SDM, tapi juga investasi sosial jangka panjang,” ucap Romadhon.
Ia pun mengajak BUMN dan sektor swasta lainnya untuk meniru langkah PLN. Menurutnya, menciptakan ruang kepemimpinan yang adil akan memperkuat fondasi demokrasi ekonomi sekaligus meningkatkan daya saing bangsa di level global.
“Perempuan Indonesia memiliki kapasitas luar biasa. Tugas kita sebagai bangsa adalah membuka jalan, bukan membatasi. PLN sudah melangkah. Kini giliran institusi lain menyusul,” pungkasnya.