Jakarta, 14 Juli 2025 — Beberapa hari lalu, sekelompok aktivis yang tergabung dalam Korps Mahasiswa Nusantara (KOMANDAN) menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Owner PT Tiran Group, Amran Sulaiman, di Jakarta. Aksi tersebut mempertanyakan kejelasan pembangunan smelter PT Tiran Mineral di Desa Waturambaha, Konawe Utara, yang diduga fiktif, serta menyoroti dugaan aktivitas pertambangan ilegal (illegal mining) di wilayah tersebut.
Namun, aksi tersebut justru dibalas dengan pelaporan ke polisi. Beberapa aktivis KOMANDAN dilaporkan oleh pihak Humas PT Tiran Mineral ke Polres Jakarta Selatan dengan tuduhan pencemaran nama baik dan dugaan pemerasan.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Himpunan Pemuda 21 Nusantara (HP21N), Arnol Ibnu Rasyid, menilai bahwa langkah PT Tiran Mineral merupakan bentuk kepanikan terhadap kritik yang sah dari masyarakat sipil.
“PT Tiran Mineral ini memang sudah biasa baper, anti kritik, dan kerap berupaya mengkriminalisasi aktivis. Padahal apa yang disampaikan oleh teman-teman aktivis adalah bentuk kepedulian dan kontrol publik terhadap komitmen pembangunan smelter yang sejak tahun 2021 tak kunjung terlihat realisasinya,” ujar Arnol di Jakarta, Senin (14/7).
Arnol juga menyebut pelaporan tersebut sebagai upaya menutupi fakta di lapangan yang menunjukkan nihilnya kemajuan pembangunan smelter. Bahkan, menurutnya, PT Tiran Mineral diduga masih melakukan aktivitas pertambangan tanpa kejelasan proyek hilirisasi yang dijanjikan.
“Laporan kuasa hukum PT Tiran Mineral ke Polres Jaksel itu hanyalah kamuflase untuk mengalihkan perhatian publik dari fakta sebenarnya — bahwa sampai hari ini tidak ada satu pun bukti pembangunan smelter di Waturambaha. Justru ada indikasi kuat terjadinya praktik tambang ilegal,” lanjutnya.
Ia juga menegaskan bahwa PT Tiran Mineral memiliki kebiasaan melaporkan media maupun aktivis yang menyuarakan kritik. Padahal, semua tudingan yang disuarakan dalam aksi demonstrasi mengacu pada fakta dan temuan di lapangan.
Sebagai penutup, Arnol menantang aparat penegak hukum (APH) untuk bersikap objektif dan membuka ruang kolaborasi dengan elemen mahasiswa demi membongkar dugaan manipulasi PT Tiran Mineral.
“Kami mengajak APH untuk bergabung bersama Korps Mahasiswa Nusantara dalam mengusut tuntas kejahatan pertambangan yang disamarkan dengan dalih pembangunan smelter. Rakyat berhak tahu kebenaran,” tutupnya.