Jakarta, 22 Juni 2025 – Buruknya tata kelola Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muna Barat, Sulawesi Tenggara, kembali menjadi sorotan publik setelah muncul insiden yang dinilai mencederai prinsip dasar layanan kesehatan. Seorang pasien gagal dirujuk ke rumah sakit lain lantaran ambulans tidak dapat digunakan karena kehabisan bahan bakar, sebuah alasan yang dianggap tidak masuk akal dan sangat memalukan bagi pelayanan publik.
Ismail: Ini Bukan Sekadar Kelalaian, Tapi Ancaman Nyawa
Ismail, Putra daerah kabupaten muna barat juga salah satu kader HMI Cabang Jakarta Raya, menyebut bahwa insiden ini bukan hanya kelalaian teknis, tapi merupakan bentuk kegagalan moral dan manajerial yang mengancam keselamatan warga.
“Ketika institusi yang seharusnya menjadi tempat perlindungan terakhir bagi masyarakat yang sakit justru tak bisa merujuk pasien hanya karena kehabisan bensin, itu bukan sekadar kelalaian teknis. itu adalah kegagalan tata kelola dan bentuk penghinaan terhadap hak atas kesehatan,” tegas Ismail.
Ia menambahkan, kegagalan seperti ini mencerminkan kerapuhan sistemik dalam layanan kesehatan publik, khususnya di daerah-daerah yang sangat membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.
“Bagaimana mungkin rumah sakit daerah tidak mampu memenuhi kebutuhan paling dasar seperti bahan bakar untuk ambulans? Kalau hal paling mendasar saja tidak bisa dijamin, bagaimana publik bisa percaya dengan sistem pelayanan lainnya?” Ungkap nya.
Lebih jauh, ia secara tegas menuntut agar Pemerintah Kabupaten Muna Barat dan DPRD setempat segera mengambil langkah konkret.
Ismail menegaskan bahwa Direktur RSUD Muna Barat harus segera dievaluasi dan dicopot dari jabatannya karena dianggap gagal menjalankan fungsi pelayanan dasar kepada masyarakat.
“Kami mendesak pemerintah daerah dan DPRD untuk mengevaluasi menyeluruh kinerja Direktur RSUD Muna Barat. Bila terbukti lalai dan tidak memiliki kompetensi manajerial yang memadai, maka sudah sepatutnya dicopot dan digantikan oleh sosok profesional yang lebih kompeten dan humanis.” Tegasnya.
Kasus ini, menurutnya (Ismail) , adalah peringatan serius bagi semua pemangku kepentingan untuk segera membenahi sistem layanan kesehatan, terutama di wilayah terpencil dan tertinggal. HMI Cabang Jakarta Raya menyatakan siap terus mengawal kasus ini dan mendorong adanya reformasi manajemen kesehatan di tingkat lokal.