Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Ucapan Selamat Hari Raya Idul Adha 2025 728x250
SOSIAL

Kartu Lansia Nasional: Langkah Strategis atau Sekadar Tiruan?

128
×

Kartu Lansia Nasional: Langkah Strategis atau Sekadar Tiruan?

Sebarkan artikel ini
Iklan 468x60

Jakarta (detikj) – Rencana Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga), Wihaji, untuk mereplikasi program Kartu Lansia seperti yang sudah diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menuai tanggapan beragam dari publik. Dalam peringatan Hari Lanjut Usia Nasional 2025, Wihaji menyebut program ini sebagai bagian dari strategi besar bertajuk Lansia Berdaya untuk menghadapi bonus demografi dan peningkatan populasi lansia.

Langkah Wihaji dianggap visioner oleh sebagian pihak karena melihat tren populasi lansia Indonesia yang diperkirakan mencapai 20% pada 2045. Namun, kritik juga muncul, mempertanyakan apakah pemerintah pusat hanya menduplikasi inisiatif daerah tanpa kerangka nasional yang kuat.

Iklan 300x600

Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, menyambut baik semangat kolaboratif tersebut, tetapi mengingatkan agar kebijakan nasional tidak sekadar adopsi teknis. “Kalau ini hanya menjiplak program Jakarta tanpa kerangka perlindungan dan pemberdayaan yang komprehensif, kita hanya memindahkan manfaat tanpa memperkuat struktur sosialnya,” katanya ke awak media di Jakarta, Rabu (4/6/2025)

Baca Juga :  Presiden Prabowo Ambil Alih Penyelesaian 4 Pulau Aceh–Sumut, Harapan Baru Terbuka

Penerapan Kartu Lansia di Jakarta terbukti memberi manfaat, seperti akses diskon transportasi dan layanan kesehatan. Namun, belum semua daerah memiliki kapasitas fiskal dan infrastruktur pelayanan sosial yang merata. Jika ingin berskala nasional, Wihaji harus memastikan jaminan pembiayaan dan database lansia yang akurat.

Romadhon menekankan pentingnya partisipasi masyarakat sipil dalam desain program ini. “Seringkali pemerintah lupa bahwa banyak lansia aktif di komunitas lokal, namun tak tercatat dalam skema formal. Libatkan mereka sejak perencanaan, bukan setelah jadi kebijakan,” tegasnya.

Baca Juga :  Sebarkan Semangat Cinta Tanah Air, Polda Metro Jaya Berikan Wawasan Kebangsaan Kepada Generasi Muda

Berdasarkan survei BPS 2023, 36% lansia di Indonesia hidup sendiri atau hanya dengan pasangan, tanpa pendampingan keluarga. Kesepian menjadi isu struktural yang tak cukup diselesaikan dengan fasilitas material semata. Di sinilah pentingnya integrasi program kartu lansia dengan kegiatan komunitas dan edukasi sosial.

Romadhon juga mengingatkan agar jangan sampai kartu lansia menjadi sekadar alat populisme sesaat. “Jangan dijadikan alat politik atau pencitraan kementerian. Harus ada target kuantitatif, evaluasi berkala, dan transparansi anggaran. Kalau tidak, nasib programnya seperti kartu-kartu lain yang hilang arah,” tuturnya.

Selain itu, Gagas Nusantara mendorong pemanfaatan teknologi dalam program ini. Integrasi dengan NIK, BPJS, dan platform digital lokal dinilai mampu mencegah tumpang tindih data serta mempercepat distribusi manfaat secara tepat sasaran.

Baca Juga :  Dalam Moyodongkul, BRANI Ingatkan PMI dapat berangkat Legal

Romadhon menyebut bahwa arah pembangunan manusia ke depan tidak bisa lepas dari keseimbangan antara usia produktif dan usia lanjut. “Kalau lansia terus dianggap beban, padahal mereka punya pengalaman, jaringan, bahkan modal sosial, maka negara sedang menyia-nyiakan potensi generasinya,” pungkasnya.

CATATAN REDAKSI

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau
keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.
Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email:
detikdjakartaofficial@gmail.com.
_______________________

Iklan 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!