Detikdjakarta.com, Jakarta – Green Gold Asia resmi meluncurkan Green Technology Business Center di Harco Mall, Jakarta, Jum’at (15/08/2025), sebagai langkah strategis mendorong ekosistem mobil listrik nasional. Peralihan menuju kendaraan listrik di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, mulai dari minimnya insentif pemerintah hingga harga yang belum terjangkau sebagian besar masyarakat. Namun, perusahaan GGA optimistis dapat membuka jalan dengan strategi yang berbeda.
“Di China, mereka memindahkan EV dari 0 hingga hampir 70-80 persen dalam sembilan tahun. Mereka membangun kemampuan produksi, ekosistem, sertifikasi, keamanan, dan kepercayaan pelanggan. Kalau ekosistem ini dibawa ke Indonesia, kami yakin dalam empat tahun bisa terjadi perubahan besar,” ujar Leonard Ho pendiri GGA saat ditemui konperensi pers.
Menurutnya, perbedaan Indonesia dan China terletak pada titik awal. China memulai dari hulu produksi dan R&D. Sementara Indonesia baru masuk pada tahap distribusi dan adopsi. Karena itu, GGA memilih fokus di pasar yang belum banyak tersentuh, yakni segmen kelas kedua dan ketiga.
“Di China ada mobil EV harga 3.000-5.000 dolar untuk desa, dan 5.000-10.000 dolar untuk kota kelas kedua. Di Indonesia, semua pemain masuk di pasar utama. Padahal permintaan terbesar ada di kelas kedua,” ujar Leonard.
Leonard mengatakan Green Gold Asia mengusung model ekonomi berbasis aset nol.
“Setiap mobil di showroom adalah milik masyarakat. Siapa saja bisa bergabung. Kalau kita tidak punya hutang, kita tidak akan jatuh, jadi kita bisa berjalan jangka panjang,” ujarnya.
Selain menawarkan harga yang terjangkau, motor mulai Rp 2,5 juta dan mobil Rp 80 juta sampai 150 juta. GGA juga mengembangkan ekosistem yang melibatkan bank, sekolah, hingga komunitas. Bank tradisional diajak menjadi EV bank, sementara sekolah diberi pusat reparasi EV untuk pelatihan siswa dan program magang.
“Kami juga punya jaringan pengisian, panel surya, bahkan sedang mengembangkan penilaian karbon. Jadi, ketika Anda pakai mobil, kami bisa beri tahu berapa lingkungan yang Anda selamatkan dan kredit karbon yang Anda miliki. Kredit ini nanti bisa dijual di bursa karbon,” ungkap Leonard.
Tidak hanya menjual kendaraan, GGA mengusung konsep sharing economy. Komunitas dapat membeli armada secara kolektif untuk mendapatkan harga lebih murah.
“Kemurahan itu tidak kami makan sendiri, tapi kami bagikan ke yang memberi referensi. Mirip program referral di e-commerce,” tutur Leonard.
Dengan rencana membangun 25 ribu showroom di 11 negara, GGA percaya akan menarik perhatian produsen besar seperti BYD.
“Hari ini mungkin mereka belum lihat kita, tapi saat sudah 25 ribu showroom, semua akan datang bicara,” pungkas Leonard.