JAKARTA, detikj — Pemerintah melalui Presiden Prabowo Subianto resmi meresmikan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan nilai investasi mencapai Rp25 triliun. Proyek ini tersebar di 15 provinsi dan mencakup pembangunan infrastruktur pembangkit energi bersih dalam berbagai skala. Langkah ini dinilai sebagai sinyal positif dari komitmen pemerintahan baru dalam mempercepat transisi energi di Indonesia.
Investasi masif di sektor EBT ini disebut sebagai bentuk akselerasi nyata menuju bauran energi yang lebih ramah lingkungan. Dalam proyek ini, berbagai potensi lokal seperti energi surya, hidro, dan bioenergi akan dimanfaatkan untuk menurunkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, sekaligus memperluas akses listrik bersih di wilayah pelosok.
Langkah strategis ini dinilai penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kancah energi global. Di tengah dorongan internasional untuk pengurangan emisi dan peningkatan bauran energi terbarukan, proyek ini bisa menjadi bukti bahwa Indonesia siap bertransformasi. Tidak hanya dari sisi nilai investasi, tetapi juga dari arah kebijakan yang semakin progresif.
“Langkah awal ini sangat patut diapresiasi. Bukan sekadar nilai triliunannya, tapi karena pemerintah menunjukkan keseriusan politik dalam mendukung energi bersih. Ini adalah momen penting yang perlu dikawal bersama,” ujar Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, Jumat (27/6).
Pemerintah juga menyampaikan bahwa proyek ini akan dijalankan secara bertahap dengan mengedepankan teknologi terbaru dan kerja sama dengan BUMN serta swasta nasional. Pendekatan ini dinilai dapat mempercepat pembangunan infrastruktur hijau yang lebih merata di berbagai daerah, terutama wilayah yang belum terjangkau jaringan listrik optimal.
“Kami percaya, agar langkah ini berumur panjang, dibutuhkan partisipasi semua pihak. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi multipihak, termasuk masyarakat sipil, perguruan tinggi, dan dunia usaha, menjadi sangat penting agar proyek EBT ini tidak hanya berhenti pada seremoni,” tambah Romadhon Jasn.
Salah satu aktor yang disebut strategis dalam pelaksanaan proyek EBT ini adalah PT Pertamina. Sebagai BUMN energi, Pertamina diharapkan tidak hanya menjadi pelaksana proyek, tapi juga pemimpin dalam inovasi energi baru yang berkelanjutan. Proyek-proyek hijau ini dianggap sebagai peluang untuk memperluas positioning Pertamina sebagai pemain global dalam transisi energi.
“Pertamina bisa jadi wajah baru energi Indonesia. Bukan hanya kuat di sektor migas, tapi juga progresif dalam teknologi energi bersih. Harapannya, langkah ini memperkuat reputasi Pertamina di tingkat nasional dan internasional,” jelas Romadhon.
Gagas Nusantara juga menyoroti pentingnya keterlibatan publik dalam mengawal transisi energi. Menurutnya, transisi bukan semata proyek infrastruktur, tapi juga perubahan cara berpikir. Perlu upaya edukasi yang masif agar masyarakat memahami, mendukung, dan bahkan terlibat aktif dalam proses ini.
“Transisi energi adalah proses sosial. Maka, keterlibatan publik bukan pelengkap, tapi syarat mutlak. Gagas Nusantara siap ambil bagian dalam membangun kesadaran, terutama lewat kanal opini publik dan literasi energi,” tutup Romadhon Jasn.
Dengan peresmian proyek EBT ini, Indonesia dinilai telah menyalakan obor transisi energi. Langkah awal sudah dimulai, yang kini dibutuhkan adalah konsistensi kebijakan, kolaborasi lintas sektor, dan keberanian menjaga arah. Semua mata kini tertuju pada bagaimana proyek ini diwujudkan secara nyata dan berkelanjutan.