Detik Djakarta.com, Jakarta – Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI), tahun ini genap berusia satu dekade. Sejak pertama kali digelar pada tahun 2015, festival ini telah menjadi jembatan budaya yang kuat, mempererat hubungan antara masyarakat Australia dan Indonesia melalui kekuatan cerita dalam film.
Dalam perayaan 10 tahunnya, FSAI 2025 hadir lebih semarak dari sebelumnya, menjangkau berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Denpasar, Mataram, Manado, dan Makassar. Dengan semangat kolaborasi dan pertukaran budaya, festival ini menampilkan film-film pilihan, diskusi, dan masterclass yang membahas industri kreatif dari kedua negara.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, menyampaikan bahwa selama sepuluh tahun terakhir, FSAI telah menjadi wadah penting dalam memperkuat persahabatan dan saling pengertian antarbangsa saat Konferensi Pers Satu Dekade FSAI : Merayakan 10 Tahun Hubungan Budaya Melalui Film di CGV Pasific Place, Jakarta (9/5).
“Festival ini bukan sekadar tontonan, tapi juga ruang dialog dan inspirasi,” ujar Brazier.
FSAI 2025 akan dibuka dengan pemutaran perdana film “The Dry”, sebuah thriller menegangkan tentang penyelidikan tragedi misterius di sebuah kota pedalaman. Ketegangan meningkat seiring terungkapnya rahasia gelap yang selama ini tersembunyi di balik wajah damai kota tersebut.
Tahun ini, salah satu sorotan utama adalah film “Heartbreak Motel”, sebuah kisah menyentuh tentang kehilangan dan penebusan. Diangkat dari novel terlaris karya penulis berdarah Indonesia-Australia, Ra Natasa, film ini menggambarkan kedalaman emosi dan perjalanan batin yang menyentuh hati.
Tak hanya itu, FSAI 2025 juga menghadirkan masterclass interaktif yang dipandu oleh para profesional film dari Australia dan Indonesia. Topik yang dibahas mencakup penulisan naskah, penyutradaraan, hingga menciptakan pengalaman sinematik imersif yang mendalam.