Jakarta, detikj – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan komitmennya dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia, meskipun menghadapi sejumlah tantangan serius di lapangan. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi menyatakan, Indonesia berkomitmen mencapai target net zero emission pada 2060 dengan tetap menjaga ketahanan energi nasional.
Menurut Eniya, ketahanan energi Indonesia saat ini berada pada skor 6,64 dari skala 10, yang menunjukkan kondisi cukup baik. Namun, aspek keberterimaan dan aksesibilitas energi terbarukan, khususnya di wilayah terpencil dan kepulauan, masih menjadi tantangan utama yang harus diatasi. “Aksesibilitas masih menjadi kendala, tetapi yang paling rendah adalah keberterimaan masyarakat terhadap energi terbarukan dan kesadaran lingkungan,” ujarnya dalam Sustainability Recognition Forum 2025.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah integrasi energi terbarukan ke dalam sistem kelistrikan di daerah-daerah terpencil. Proyek seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung sering kali menemui penolakan dari masyarakat lokal. Eniya mencontohkan, masalah sosial dan kurangnya edukasi menjadi faktor utama penolakan tersebut.
“Di beberapa lokasi panas bumi, edukasi masyarakat sangat diperlukan agar mereka memahami manfaat energi terbarukan. PLTS terapung juga menghadapi tantangan keberterimaan yang serupa,” jelasnya. Pemerintah pun terus berupaya melakukan pendekatan sosial dan edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan publik.
Menanggapi hal ini, Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, menyampaikan apresiasi atas keterbukaan ESDM dalam mengungkap tantangan tersebut. Ia menekankan bahwa pengembangan energi terbarukan harus berjalan seiring dengan pendekatan yang inklusif dan partisipatif.
“Transformasi energi bukan hanya soal teknologi dan investasi, tetapi juga soal membangun kesadaran dan keterlibatan masyarakat secara luas,” katanya Sabtu, (10/5/2025).
Romadhon menambahkan, edukasi dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar masyarakat di daerah terpencil dapat menerima dan mendukung proyek energi bersih. Ia juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam mempercepat transisi energi melalui inovasi dan advokasi lingkungan.
Lebih lanjut, Romadhon mengingatkan bahwa ketahanan energi tidak hanya bergantung pada ketersediaan sumber energi, tetapi juga pada keberlanjutan sosial dan lingkungan. “Sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan komunitas lokal harus terus diperkuat agar pengembangan energi terbarukan dapat berjalan optimal dan inklusif,” ujarnya.
Dengan berbagai tantangan dan upaya yang ada, pemerintah Indonesia tetap optimistis dapat mencapai target transisi energi hijau secara berkelanjutan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi seperti Gagas Nusantara, diharapkan memperkuat langkah strategis menuju masa depan energi yang bersih dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.