Detikdjakarta.com, Jakarta – Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pneumonia, Rumah PAPDI Jakarta Pusat menggelar media briefing bertema “Perlindungan Populasi Dewasa dari Pneumonia”. Acara ini melibatkan sejumlah pakar kesehatan dan perwakilan pemerintah yang menyoroti pentingnya vaksinasi dan deteksi dini, khususnya bagi kelompok dewasa dan lansia.
Kasus Pneumonia Meningkat, Perlu Waspada
Menurut data yang disampaikan oleh Dr. Prima Yosephine dari Kementerian Kesehatan RI, tren pneumonia meningkat dari tahun 2020 hingga 2024. Meski balita masih mendominasi jumlah kasus, angka infeksi pada dewasa dan lansia juga terus naik. Program deteksi dini dari Kemenkes menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan angka pelaporan kasus.
“Dengan deteksi dini, kita bisa menurunkan risiko kematian akibat pneumonia,” jelas Dr. Prima.
Perlu Vaksin Meski Sudah Sembuh
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi menegaskan bahwa penyintas pneumonia tetap perlu vaksinasi. Pasalnya, infeksi hanya memberi perlindungan terbatas terhadap jenis bakteri tertentu, sementara vaksin mampu melindungi dari berbagai serotipe.
“Vaksin sebaiknya diberikan setelah pasien pulih, umumnya sekitar tiga minggu setelah rawat inap,” ujar Prof. Dr. Samsuridjal.
Jangan Anggap Flu dan Pneumonia Sama
Dr. Sukamto Koesnoe menjelaskan perbedaan antara flu dan pneumonia. Meski gejalanya mirip, pneumonia merupakan infeksi serius pada paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri atau virus, dengan bakteri Streptococcus pneumoniae sebagai penyebab utama secara global.
“Diagnosis mandiri sangat berisiko. Pemeriksaan laboratorium tetap diperlukan,” ungkapnya.
Vaksinasi: Langkah Pencegahan Bagi Populasi Risiko Tinggi
Vaksinasi sangat disarankan bagi mereka yang tergolong berisiko tinggi, seperti lansia, perokok, dan penderita penyakit penyerta (komorbid). Bahkan gaya hidup tidak sehat pun dapat menjadi faktor risiko.
“Orang muda yang merokok juga perlu mempertimbangkan vaksinasi,” tambah Dr. Sukamto.
Peran Media dan Edukasi Sangat Vital
Dr. Eka Ginanjar mengingatkan bahwa literasi kesehatan sangat penting dalam membedakan gejala dan mendorong masyarakat untuk tidak melakukan diagnosis sendiri.
“Jangan anggap semua demam itu flu biasa. Segera konsultasikan ke tenaga medis untuk diagnosis yang tepat,” ujar Dr. Eka.