Detikdjakarta.com, Tangerang (27/7/2025) – Di tengah padatnya aktivitas masyarakat urban dan meningkatnya tren perjalanan darat jarak jauh, dr. Tirta Mandira Hudhi membagikan pendekatan baru untuk menjaga kebugaran selama di perjalanan, “mindful driving”.
Dokter sekaligus entrepreneur ini menekankan pentingnya kesadaran penuh terhadap kondisi tubuh saat menyetir, terlebih dalam perjalanan jauh yang kerap memicu kelelahan ekstrem hingga risiko microsleep.
“Banyak yang lupa bahwa dehidrasi itu bukan cuma bikin haus, tapi juga bisa bikin hilang fokus. Efeknya fatal kalau sedang menyetir,” ujar Tirta saat ditemui dalam sebuah sesi bincang santai di ajang GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.
Menurutnya, berkendara dengan kesadaran penuh tidak hanya menyangkut kewaspadaan di jalan, tapi juga soal memperhatikan sinyal tubuh. Ia membagikan beberapa kiat sederhana namun penting, seperti minum cukup air, istirahat setiap dua jam, serta melakukan peregangan ringan untuk mencegah ketegangan otot dan gangguan saraf, khususnya pada bagian punggung bawah.
“Banyak orang mulai mengalami keluhan saraf terjepit di usia 30-an, terutama di bagian rongga lumbar 4 dan 5. Ini sering dipicu dari postur duduk yang tidak ergonomis saat menyetir terlalu lama. Ia sendiri mengaku kerap memanfaatkan fitur kursi pijat di mobilnya setiap 15 menit sekali, terutama ketika terjebak macet. Relaksasi itu penting, bahkan di balik kemudi,” tambahnya.
Selain mengingatkan pentingnya hidrasi dan postur tubuh, dr. Tirta juga menyarankan pengendara untuk memastikan kendaraan dalam kondisi optimal.
“Bukan hanya soal mesin dan ban, tapi juga kenyamanan kabin. Sirkulasi udara bersih, pencahayaan alami, dan posisi duduk yang ergonomis bisa berdampak langsung pada konsentrasi.” katanya.
Kendaraan, menurutnya, kini tidak lagi sekadar alat transportasi, melainkan ruang bergerak yang seharusnya mendukung kesehatan dan gaya hidup. Ia menilai bahwa tren mobilitas masa kini idealnya tidak hanya fokus pada kecepatan atau teknologi, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan, ketenangan, dan kenyamanan fisik penggunanya.
Dalam pandangannya, mobilitas modern semestinya menyatu dengan rutinitas dan kebutuhan tubuh manusia.
“Saya sering mulai hari dengan lari pagi di Senayan. Mobil saya tinggal di-charge sambil olahraga. Saat balik, baterai sudah penuh. Praktis dan efisien,” ujarnya.
Sebagai bagian dari gaya hidup aktifnya, dr. Tirta melihat pentingnya kendaraan yang bisa ‘beradaptasi’ dengan pemiliknya bukan sebaliknya. Baginya, perjalanan jarak jauh bukan alasan untuk abai pada kesehatan. Sebaliknya, perjalanan itu bisa jadi waktu untuk menyatu dengan ritme tubuh dan lingkungan, selama dilakukan dengan penuh kesadaran.
Pendekatan mindful driving ini menjadi pengingat sederhana namun krusial: bahwa keselamatan di jalan bukan hanya urusan rem dan setir, tapi juga air minum, peregangan, dan sedikit waktu untuk bernapas lebih tenang.