Jakarta – Direktur Gagas Nusantara, Romadhon, mendukung pernyataan Menteri Agama RI, Prof. KH Nasaruddin Umar, terkait minimnya masjid dan simbol keislaman di kawasan elite ibu kota, seperti Thamrin-Sudirman dan Pantai Indah Kapuk (PIK). Menurut Romadhon, keprihatinan yang disampaikan Menag adalah alarm penting bagi umat Islam untuk lebih peduli terhadap keberadaan simbol-simbol keislaman di wilayah strategis.
“Kawasan-kawasan elite Jakarta seharusnya tidak hanya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadi cerminan keberagaman dan toleransi. Kehadiran masjid sebagai simbol keislaman adalah bagian dari upaya menjaga keseimbangan identitas bangsa,” ujar Romadhon, Kamis (19/12/2024).
Minimnya Kehadiran Masjid di Kawasan Strategis
Romadhon menyatakan bahwa kondisi minimnya masjid di kawasan strategis ibu kota mencerminkan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan spiritual umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini semakin terasa ironis ketika dibandingkan dengan keberadaan rumah ibadah agama lain yang terlihat megah dan mencolok.
“Di tengah deretan gedung-gedung pencakar langit di Thamrin-Sudirman hingga PIK, sulit sekali menemukan masjid yang menonjol. Bahkan, suara adzan pun tidak terdengar di beberapa kawasan tersebut. Ini jelas memprihatinkan,” tegasnya.
Romadhon juga menyoroti pengalaman Menag Nasaruddin yang melihat rumah ibadah Buddha besar di kawasan PIK, sementara masjid hampir tidak terlihat. “Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah umat Islam sudah cukup memperjuangkan simbol-simbol keislaman di ruang publik?” tambahnya.
Pentingnya Islamic Center dan Kompleks Syariah
Romadhon menyambut baik rencana Menag untuk membangun kompleks syariah seluas 30 hektare di kawasan PIK, termasuk mushala di lantai 4 yang memungkinkan suara adzan terdengar. Menurutnya, langkah ini adalah solusi konkret untuk mengatasi minimnya kehadiran simbol keislaman di wilayah tersebut.
“Kompleks syariah dan Islamic Center di PIK akan menjadi simbol keberagaman dan toleransi yang nyata. Ini penting untuk menunjukkan bahwa umat Islam tidak hanya menjadi bagian dari sejarah bangsa, tetapi juga berperan aktif dalam pembangunan masa depan,” jelasnya.
Ia juga mendukung usulan Menag untuk meminta satu hektare lahan di kawasan PIK guna pembangunan Islamic Center. “Ini adalah langkah yang sangat strategis untuk menjaga identitas keislaman di kawasan metropolitan. Islamic Center akan menjadi pusat kegiatan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan Islam yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Prioritas Pembangunan Masjid
Selain mendukung pembangunan Islamic Center, Romadhon juga sepakat dengan Menag bahwa pembangunan masjid harus menjadi prioritas utama dibandingkan proyek lainnya.
“Kehadiran masjid adalah kebutuhan mendasar bagi umat Islam. Selain tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat pembinaan umat dan simbol keberadaan Islam di ruang publik. Pembangunan masjid di kawasan elite seperti PIK adalah bentuk representasi umat Islam yang inklusif,” paparnya.
Romadhon mengingatkan umat Islam untuk tidak membiarkan ruang-ruang strategis di ibu kota kehilangan simbol-simbol keislaman. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta untuk mewujudkan rencana ini.
“Kritik Menag adalah wake-up call bagi kita semua. Jangan sampai umat Islam menjadi pasif dan kehilangan ruang di wilayah yang seharusnya menjadi cerminan keberagaman Indonesia,” ujarnya.
Romadhon berharap pembangunan masjid dan Islamic Center di kawasan strategis seperti PIK tidak hanya menjadi simbol keislaman, tetapi juga memperkuat kerukunan antarumat beragama. “Kita harus menunjukkan bahwa simbol keislaman bisa berdampingan harmonis dengan simbol-simbol agama lain. Inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya,” katanya.
Langkah Konkret untuk Masa Depan
Sebagai organisasi yang peduli terhadap pembangunan bangsa, Gagas Nusantara akan mendukung penuh langkah-langkah Menag dalam mewujudkan visi ini. Romadhon mengungkapkan rencana Gagas Nusantara untuk menginisiasi diskusi publik dan dialog lintas agama guna membahas pentingnya simbol keislaman di ruang publik.
“Kita tidak hanya mendukung dengan kata-kata, tetapi juga akan terlibat aktif dalam mengedukasi masyarakat dan memberikan masukan kepada pemerintah. Ini adalah langkah konkret untuk memastikan bahwa keprihatinan Menag menjadi aksi nyata,” tutupnya.
Romadhon juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya umat Islam, untuk bersama-sama menjaga identitas bangsa dengan memperjuangkan keberadaan masjid dan simbol keislaman di kawasan strategis ibu kota. “Keberadaan simbol-simbol ini bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk mencerminkan nilai-nilai keberagaman dan toleransi yang menjadi karakter bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah ini, Gagas Nusantara yakin bahwa kawasan strategis seperti PIK dan Thamrin-Sudirman akan menjadi lebih inklusif, mencerminkan keberagaman Indonesia, dan menjadi contoh harmoni antarumat beragama.