Jakarta — Menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia, Pertamina mempersembahkan serangkaian proyek strategis sebagai “kado emas” bagi bangsa. Mulai dari infrastruktur energi raksasa, inovasi ramah lingkungan, hingga program keberlanjutan, seluruh terobosan ini ditujukan untuk memperkuat kedaulatan energi dan mengokohkan ketahanan nasional.
Di Indramayu, Stasiun Pengumpul Akasia Bagus resmi meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dari 1.750 BLPD menjadi 9.000 BLPD, serta gas dari 3 MMSCFD menjadi 22 MMSCFD. Proyek ini ditargetkan beroperasi penuh pada Agustus untuk minyak dan September 2025 untuk gas, menjadikannya salah satu tonggak penting dalam mendukung kebutuhan energi domestik.
Tak kalah monumental, Pertamina juga berhasil melakukan produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah. SAF ini menjadi avtur rendah emisi pertama di Asia Tenggara dengan reduksi emisi hingga 84 persen dibandingkan avtur konvensional. Lifting perdana dilakukan di Kilang Cilacap, dan uji coba bersama Pelita Air membuktikan SAF layak digunakan untuk penerbangan komersial tanpa kendala teknis.
“Ini adalah bukti bahwa Indonesia bisa memimpin dalam energi hijau, bahkan untuk sektor aviasi yang sangat strategis. SAF dari minyak jelantah membuka jalan bagi kemandirian energi sekaligus kontribusi nyata dalam mengurangi jejak karbon,” ujar Romadhon Jasn, Direktur Gagas Nusantara, Senin (18/8/2025)
Di Karawang, pembangunan industri baterai terintegrasi tahap pertama dengan kapasitas 6,9 GWh per tahun juga tengah dikebut. Proyek ini diharapkan menjadi mesin penggerak ekonomi daerah melalui sinergi hulu-hilir, memperkuat ekosistem kendaraan listrik nasional, sekaligus membuka ribuan lapangan kerja baru.
“Industri baterai adalah taruhan besar masa depan. Jika dikelola tepat, Karawang bisa menjadi Silicon Valley energi Indonesia. Inilah yang akan mengubah wajah ekonomi kita di era transisi energi,” lanjut Romadhon.
Selain itu, pipa transport BBM Cikampek–Plumpang sepanjang 96 km kini resmi beroperasi, mampu menyalurkan sekitar 4,6 juta kiloliter per tahun. Infrastruktur ini menjamin keandalan distribusi BBM ke Jawa Barat dan Jakarta, dua wilayah dengan konsumsi terbesar yang mencapai 30 persen dari kebutuhan nasional.
“Jalur pipa ini bukan sekadar proyek teknis, tapi urat nadi distribusi energi nasional. Dengan ini, Jakarta dan Jawa Barat memiliki kepastian pasokan, sehingga stabilitas ekonomi rakyat tetap terjaga,” tegas Romadhon.
Pertamina juga meluncurkan berbagai program energi bersih, mulai dari Pertamax Green 95 berbasis bioetanol, Green Energy Station (GES) yang kini berjumlah 442 SPBU dengan fasilitas SPKLU dan SPBKLU, hingga percepatan pengembangan panas bumi di berbagai wilayah kerja. Program subsidi tepat sasaran untuk BBM dan LPG pun terus diperkuat agar keberlanjutan energi tetap berpihak kepada rakyat.
“Keseluruhan proyek ini adalah simbol komitmen Pertamina untuk rakyat, bukan hanya bisnis. Kado emas di usia 80 tahun kemerdekaan ini membuktikan bahwa Indonesia tidak kekurangan visi, hanya perlu konsistensi dalam eksekusi,” pungkas Romadhon.