Detikdjakarta-Jakarta – Bayang-bayang resesi global mulai dirasakan para pelaku usaha yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat. Rektor Uniba Madura, Prof Dr Rahmad Hidayat, menyebut ekonomi Madura bisa ditopang adanya UMKM dan industri alam Madura. Hanya saja, untuk melakukan akselerasi UMKM di Madura menghadapi banyak tantangan yaitu kurang berinovasi dan tak membangun branding produk sebagai bentuk mencari pasar baru sesuai perkembangan zaman.
“Yang menjadi problem laten adalah modal usaha UMKM sendiri,” terang Rahmad, dalam acara diskusi yang diselenggarakan oleh Kaukus Muda Indonesia (KMI) dengan tema “Menjaga Resiliensi Indonesia di Tengah Bayang-Bayang Resesi Global Melalui Transformasi Ekonomi” di Universitas Bahaudin (Uniba) Madura, Rabu (22/2/2023). Acara diskusi didukung oleh Bank Mandiri, Timah, BPJS Ketenagakerjaan, Jamkrindo dan Bank BTN.
Dikatakan Hidayat, UMKM di Madura kurang membaca segmen segmen pasar. Tidak membangun branding produk dan tak melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas produk demi kepuasan pelanggan.
“Karena saat ini, semua orang bisa jualan lewat pasar online atau marketplace. Nah UMKM di Madura membaca peluang ini,” sambungnya.
Hidayat menyebut, peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi sangat terasa karena membuka banyak lapangan kerja dan juga menyumbang devisa negara. Selain menjadi suplier perusahaan besar.
“Potensi UMKM di Madura sangat besar karena ditopang dari potensi alam dan kondisi pasar. Seperti hasil pertanian, hasil laut, kuliner dan kerajinan rakyat. Semuanya ini perlu pendampingan untuk akselerasi UMKM Madura,” tambah Hidayat.
Sementara itu, Perwakilan dari Bank Indonesia, Rizky Satya Pradhana menyampaikan, berdasarkan BPS 2022, kondisi pasar di Jawa Timur mencapai 14,85 persen se nasional. Menjadi nomor dua se Indonesia. Untuk wilayah jawa, pasar Jawa Timur mencapai 25,30 persen. Tergolong nomor dua.
Lanjut Rizky, masih berdasar data BPS, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada 2022 mencapai 4,76%. Investasi UMKM di Jawa Timur mencapai Rp 110,3 triliun. Realisasi investasi tertinggi adalah industri makanan 27,7%. Sisanya industri menengah ke atas.
“Sumbangsih UMKM untuk produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim sebesar 57,81 persen,” tuturnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR), Prof Dr Wasiaturrahma mengakui bahwa kondisi ekonomi di Kabupaten Sumenep terkena imbas pertumbuhan ekonomi global pasca covid-19.
Disebutkan, Inflasi di Kabupaten Sumenep mencapai 6,32 persen. Kendati demikian pertumbuhan ekonomi di Sumenep mengalami peningkatan terutama di konsumsi rumah tangga. Sebagai solusi, Wasiaturrahma menganjurkan penguatan UMKM melalui digitalisasi ekonomi sesuai dengan agenda prioritas pemerintah pada 2023.
“Ada banyak agenda prioritas pemerintah di tahun 2023. Salah satu agenda utama itu adalah digitalisasi ekonomi,” terang Wasiaturrahma.
Dikatakan, digitalisasi ekonomi bisa menjadi salah satu bentuk akselerasi pengembangan UMKM menghadapi resesi global. “Melalui digitalisasi ekonomi, produk-produk UMKM bisa menjangkau pasar lebih luas,” pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Asisten Deputi Kemenko Perekonomian RI, Dr Danang Sri Wibowo, selain UMKM sebagai penopang ekonomi menghadapi Bayang-Bayang Resesi Global, Kewirausahaan Pemuda juga dianggap penting sebagai Penopang Ekonomi Kedepan.
Danang menganggap perlu dilakukan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vocasi untuk membuka dan mencipta lapangan kerja. Sebagaimana program pemerintah saat ini, yaitu pra-kerja. (NDA)